Pelangi di sela-sela hujan
Matahari menyinari bumi dengan teriknya, diiringi angin
yang berhembus kencang dan diikuti bunyi gemercik air disebuah danau. Terdapat
sesosok wanita dengan baju biru dan jelana jeans sedang duduk termenung sambil
membaca novel. Dia adalah Aira cewek cantik dengan rambut sebahu yang selalu
digerai setiap hari. Banyak anak yang suka berteman dengannnya karena Aira anak
yang menyenangkan.
Kuliah sudah berlalu sekitar 30 menit yang lalu tetapi
Aira masih betah duduk dipinggir danau dan masih asyik dengan bukunya.
“Aira....” teriak bagus kepada Aira tapi Aira tak
menghiraukan panggilan Bagus yang sedang berlari mendekatinya.
“Aira, Aira....” bunyinya makin dekat dan makin keras.
“siapa sih, teriak-teriak nggak liat apa gue lagi baca
buku.” Gerutu Aira di dalam hati, dengan malas Aira menutup bukunya dan mencari
sumber suara yang dari tadi memanggilnya.
“Aira, dari tadi gue panggil nggak nyaut-nyaut..., lagi
ngapain si lo...?” tanya Bagus dengan napas terengah-engah.
“Ternyata
elo Gus, sorry gue tadi lagi asyik baca novel eh ada yang panggil.” Jawab Aira
sambil cengengesan.
“Udah deh
nggak usah cengar-cengir nggak jelas, tadi lo dicariin sama Andy katanya lo
disuruh rapat.”
“rapat lagi,
rapat lagi. Emang buat apaan sih?”
“Gue ya
nggak tau lah. Gue cuma disuruh supaya lo cepet datang , cepetan yah gue
duluan.” Bagus lari meninggalkan Aira.
“Bagus...
tunggu...” teriak Aira dengan memasukkan novel kedalam tas dan berlari mengejar
Bagus yang sudah lari jauh.
Setelah
rapat selesai Aira langsung pulang tetapi baru berapa langkah keluar dari
ruangan ada yang memanggilnya.
“Aira” ada
seorang yang berlari mendekati Aira dan ternyata yang lari itu adalah Bagus.
“eh elo
ternyata Gus, ada apa?” jawab Aira sambil menengok kebelakang.
“enggak,
pulang bareng yuk”
“ayo”
gandeng Aira pada Bagus. Emang Aira tidak ada perasaan kepada Bagus tetapi ternyata diam-diam Bagus suka kepada Aira.



Aira
duduk dilapangan basket sedang menonton pertandingan yang sedang berjalan dari
tadi, tetapi Aira juga mencuri pandang kepada seorang laki-laki yang sedang
bertanding basket. Dia adalah Andy ketua team Basket dan juga ketua Osis. Andy
adalah cowok yang diidam-idamkan Aira, tidak ada satupun pertandingan yang
dilewatkan Aira.
“Hei....
ngelamun ya?” Tanya Vira mengagetkan. Vira adalah temen dekat Aira, anaknya
cantik seperti Aira tetapi dia agak sedikit tomboy.
“eh,
eng enggak kok. Ngapain sih lo ngagetin aja” Jawab Aira dengan nada kesal.
“Lagi
liatin apa si serius amat.”
“liatin
basket lah masa liatin muka lo, hahaha” canda Aira, Aira emang suka bercanda
kalau lagi ngobrol.
“hahaha,
Aira gue mau curhat.”
“tumben
amat lo curhat ama gue, lagi kesambetya.” Sambil memegang dahi Vira.
“Aira
jangan bercanda gue ini serius tau.”
“oke,
oke nona Vira.”
“Tadi
malem gue ditembak”
“apa?
Lo ditembak, tapi kenapa lo masih disini sseharusnya lo kan dirawat.”
“Aira
jangan bercanda.” Teriak Vira
“iya,
iya. Hah? Ditembak sama siapa ?” tanya Aira penasaran.
“sama
itu cowok.” Sambil menunjuk kearah Andy.
“siapa,
mana sih gue nggak liat.” Aira Bingung sambil celingak-celinguk liat ke arah
yang ditunjuk Vira.
“Itu
tuh, masa kamu nggak liat” sambil nunjuk-nunjuk lagi.
“oh
si Andy, hah kamu pacaran sama Andy?” tanya Aira kaget.
“iya
si Andy, cocok nggak?”
“cocok,
cocok” jawab Aira dengan menganggukkan kepala.
Hati
Aira terasa panas setelah mendengar perkataan Vira, padahal Aira selama ini
memendam rasa kepada Andy tetapi Aira tidak berani bicara kepada siapa-siapa
sehingga tidak ada yang tahu tentangnya. Aira berusaha untuk menyembunyikan
perasaan cemburunya kepada sahabatnya dan berusaha untuk tidak meneteskan air
matanya di depan Vira.
“Vir
aku pulang duluan ya, dah....” Aira melambaikan tangan kepada Vira.
Vira
membalas lambaian tangannya Aira.
Aira
berlari menjauh dari Vira dan menangis karena cinta selama ini yang ia pendam
bertepuk sebelah tangan. Aira duduk ditaman yang sepi untuk menenangkan diri.
Bersama angin yang berhembus Aira tetap berusaha agar tidak menangis tetapi
rasa sakit yang dirasakannya tidak bisa menahan tangisnya.
“Aira
lo kenapa kok nangis” tanya Bagus sambil duduk disebelah Aira.
“enggak,
enggak kok gue nggak nangis.” Jawabnya sambil mengusap air matanya agar tidak
terlihat oleh Bagus.
“nggak
usah bohong, gue tadi lihat lo lari sambil nangis. Kenapa ? cerita kalau lo
lagi kesusahan, gue pasti bantu kok.” Kata Bagus nyerocos tanpa henti.
Aira
tiba-tiba memeluk Bagus. “gue sakit hati, gue lagi patah hati Gus.” Tangis Aira
menambah suasana menjadi tambah suram.
“siapa
yang ngelakuin ini Ra?”
“gue
sebenarnya suka sama Andy.”
Bagus
kaget mendengar perkataan Aira, hancur hati Bagus bagai disambar petir di siang
bolong yang terik.
“Apa...?
sebenarnya lo pacaran sama Andy. Terus Andy ngapain sama lo sampe-sampe lo
sakit hati?” Bagus berusaha menenangkan diri, mencoba untuk tegar.
“enggak,
gue nggak pacaran sama Andy”
“lah
terus, gimana sih gue jadi bingung.”
“gue
nggak pacaran sama Andy tetapi gue suka sama dia.”
“terus?
Mendingan lo tenangin diri dulu nanti baru lo ceritain semuanya.” Setelah Aira
mulai tenang, Bagus terus bertanya lagi. “Aira sebenarnya ada apa sama lo,
sampe-sampe lo nangis kayak gini”