Sabtu, 24 Oktober 2015

cerita cinta

FORBIDDEN LOVE part 2



“enak aja. Untuk saat ini tasnya jadi milikku, kalu mau ambil tasnya kamu harus cari cara sendiri.” Ji woon tertawa dan berjalan meninggalkan Jesy, tetapi saat akan masuk ke mobil ada seorang cewek cantik yang memanggilnya.
            “oppa, tunggu. Hoho.” Katanya sambil ngos-ngosan karena lari-larian.
            “hei, Eun nim kenapa kamu disini.” Ji woon kembali menutup pintu mobilnya dan berjalan mendekati adik sepupunya itu. “ada apa?”
            “oppa, kamu dicariin paman, cepat pulang.” Cewek itu bernama Kang Eun Nim yang merupakan adik sepupu Ji woon. Umur Ji Woon dengan Eun nim berjarak cukup jauh.
            Jesy yang berada disitu hanya merasa tidak sadar bahwa tas kecilnya itu akan dibawa oleh cowok yang nyebelin itu. Saat Eun Nim memanggil Ji Woo, Jesy sudah pergi dari taman.
            Jesy memikirkan caranya agar bisa mengambil tas kecilnya yang ada di Ji Woon “aishh, gimana coba caranya aku ngambil tasnya” katanya sambil cemberut.
            PLAKKK. Suara tamparan yang mendarat di muka. “apa yang kamu lakukan, kamu tidak ingin mengatur perusahaan ini. Bagaimana bisa jadi penerusnya jika kerjaan kamu hanya main dan memarahi pegawai saja.” Marahnya kepada Ji Woon.
            Ji woon hanya mendengarnya saja dengan memberi hormat pada ayahnya dia langsung masuk kedalam kamarnya. Sedangkan ibunya hanya bisa melihatnya dimarahi ayahnya sendiri.
            Jesy masih memikirkan caranya, dia tidak menyadari sudah memutari taman itu beberapa kali. Di sebarang jalan ada seorang pria yang sedang memperhatikan gerak-gerik Jesy. “aku kok masih di sini sih.” Jesy kebingungan dengan kelakuannya sendiri. Pria tadi menghampiri Jesy dan menyapanya, Jesy membalas sapaannya tetapi Jesy harus pergi karena ada sesuatu dan langsung meninggalkan pria itu.
            Syalalala lalalala. Suara nyanyian Eun Nim di kamarnya sendiri. Eun nim merupakan seorang siswa kelas 2 SMA yang ingin menjadi seorang penyanyi. Dia tinggal di rumahnya Ji Woon karena orang tuanya sudah meninggal dunia dua tahun lalu.
            “Eun Nim berisik.....” teriak Ji Woon dari kamarnya yang bersebelahan dengan kamar Eun Nim. Karena teriakan Ji Woon, Eun Nim pun diam karena kaget dengan teriakannya.
            Karena kelakuan Ji Woon yang tidak memperhatikan perusahaannya membuat kedua orang tuanya jadi gelisah, perusahaan itu harus dimiliki olehnya agar tidak bisa direbut kembali oleh pemiliknya. Berbagai cara dilakukan oleh orang tua Ji Woon untuk mendapatkan perusahaannya itu dan sekarang tinggal mengurusnya dan tetap mempertahankannya.
            Hari sudah pagi. Jesy bangun dari tidur nyenyaknya dari perjalanan panjang dan berbagai peristiwa yang telah Jesy lalui kemarin. Jesy bangun dan membersihkan diri.
Ting tong....
            Suara bel asrama Jesy. Saat membukanya Jesy mendapatkan sebuah paket didepan pintu tetapi tidak tahu siapa yang mengirim paketnya. Paket itu berisi sebuah foto sepasang anak kecil di sebuah taman bermain. “foto siapa ini?” kata Jesy heran. Jesy menyimpan kotak itu dan mulai bersiap-siap untuk mengambil tas kecil yang diambil Ji Woon.
            “benarkah ini tempat kerja Ji Woon?” jesy bertanya-tanya dalam hati. Dengan tekad yang tinggi, akhirnya Jesy memberanikan diri memasuki kantor itu.

Selasa, 20 Oktober 2015

Cerita Cinta

FORBIDDEN LOVE


 Angin berhembus, daun-daun berguguran sampai-sampai pohon yang lebat sekarang menjadi botak seakan tinggal tulang belulang yang tersisa. Jalan dipenuhi dengan daun-daun yang berguguran, musim yang indah dengan cuaca yang sangat cerah di bulan Oktober membuat hati dan suasana ikiut cerah.
Hari beranjak sore, jalanan masih ramai dipenuhi dengan orang-rang pejalan kaki dan juga para pedagang kaki lima di pinggiran jalan. Di sela-sela banyaknya para pejalan kaki terdapat seorang wanita yang berambut panjang di gerai, memakai sweater dan celana jeans sedang membawa sebuah koper besar. Wanita itu kelihatan sedang berbicara dengan orang lain melalui telefon yang diarahkan di telinganya.
“iya-iya, ini sudah sampai. Mau ke halte, nanti saya telefon lagi... okay” jawabnya di telefon. Wanita itu bernama Jesy. Jesy duduk di halte menunggu bus datang.
“ah, kenapa bisa seperti ini. Kalian semua nggak bisa apa, bekerja dengan sungguh-sungguh, kalau kayak gini terus bisa kacau.” pria itu meninggalkan para pegawainya setelah memarahinya.
Setelah menunggu beberapa menit akhirnya bus yang ditunggu datang, Jesy langsung naik dan menuju ketempat tujuannya. Bus yang di tumpanginya berhenti, Jesy sudah sampai ditempat tujuannya. “kruyuk....kruyuk” terdengar suara perutnya yang lapar.
“awh lapar, mampir kecafe dulu aja lh.” Jesy memegangi perutnya yang kelaparan yang sejak dari tadi belum diisi apa-apa. Jesy pun Mencari cafe yang terdekat. Kemudian memesan cake dan coffe.
Saat Jesy menunggu pesanannya datang, tiba-tiba ada suara pria yang sedang marah-marah masuk ke cafe. “mocca satu.”
“ini makannanya, 20000 won” kata pelayan.
            “gomatshimidha.” Jawabnya dengan mengasih uang dan membawa makanannya. Jesy membalikkan badannya dan menabrak seseorang. “prang” suara piringnya jatuh dan Coffe pesanannya jatuh ke baju pria tadi yang marah-marah.
            “hei. Apa yang kamu lakukan, baju aku jadi kotor” omel pria itu.
            “aku minta maaf, aku bener minta maaf” jesy mengambil tisu dan mengelap baju pria itu.
            “kamu lagi apa? Hah” menyingkirkan tangan Jesy yang sedang mengelap bajunya.
            “ji woon, udah ayo pergi.” Teman pria itu membawanya sebelum dia mendorong Jesy.
            “awas kamu ya.” Ji woon masih memarahinya meskipun sudah berada di pintu keluar.
            Jesy membersihkan makanannya yang jatuh, dan minta maaf kepada semua yang ada di cafe itu. Kemudian pergi dengan menyalahkan diri sendiri yang sangat ceroboh. Jesy menuju ke taman, istirahat sebentar sebelum menuju ke asramanya. Duduk di taman, menghirup udara sore yang menyegarkan sampai-sampai Jesy tertidur.
            Ji Woon masih marah-marah dan mengatakan akan menghajarkan ketika dia bertemu lagi. Ji woon melepaskan jasnya yang terkena coffe tadi dan berjalan menuju ke taman. Dia duduk disebelah Jesy.
            Mereka bertemu lagi. Jesy menyadari dia tertidur di taman, saat dia mau beranjak berdiri, Jesy mendengar suara yang menurutnya tidak asing lagi. Ji woon pun merasa bahwa perempuan yang di sampingnya serasa tidak asing lagi. Ji woon mendekati muka Jesy, melihatnya lekat-lekat dan akhirnya Ji woon pun mengenali wajah Jesy.
            “kamuu, bukannya kamu yang mengotori jas ku”
            Jesy siap-siap kabur, setelah mengemasi barangnya dia langsung lari dengan cepatnya. “ajusshi, aku minta maaf.” Teriaknya.
            “hei, kamu mau kemana?” ji woon merasa sebal karena wanita itu kabur lagi. “ajusshi ? hei, aku belum setua itu.” Teriaknya, tidak terima dipanggil ajusshi (paman).
            Ji woon beranjak dari tempat duduknya. Saat mau melangkah dia merasa ada yang janggal. Dia membalikkan badannya dan menemukan sebuah tas kecil milik Jesy yang tertinggal.
            Ji woon mengambil tas kecil itu dan membukanya. “oh ternyata kamu Jesy. Tas ini jadi jaminanya.” Ji woon tersenyum bahagia menemukan tas kecil yang isinya terdapat identitas wanita tadi.
            “ah aku bisa gila, gila, gila.” Jesy sampai diasramanya setelah berlari kencang menghindari Ji woon. Jesy langsung tiduran di sofa.
Kringg..kring. bunyi handphone Jesy.
            “halo, iya ini udah sampai. Iya mah, iya iya ini aku cek ya.” Jesy mencari sesuatu didalam kopernya. Jesy kebingungan karena barangnya hilang. Dia mengingat-ingat apa yang dia lakukan tadi. Dan kemudian Jesy ingat bahwa terakhir kali dia berada di Taman. “nanti aku telepon lagi mah. Bye, muach.” Jesy menutup teleponnya dan langsung menuju ke Taman tempat yang terakhir kali dia kunjungi pada hari ini.
            Dia berjalan santai ke Taman. Saat hampir sampai Jesy mengelilingi sekelilingnya untuk mengecek masih adakah cowok yang tadi atau dia sudah pergi.
            “aku harus hati-hati.” Melangkah dengan mengendap-endap.
            Dari belakang ada seseorang yang mencolek pundaknya. Tapi Jesy tidak menghiraukan dan masih saja mengintip di Bawah pohon. Di colek kedua kalinya pun Jesy tidak menyadarinya.
            “apaan sih, aku lagi mengecek masih ada cowok nyebelin apa nggak, jangan ganggu.” Jesy menyingkirkan tangan yang tadi mencolek pundaknya.
            “khem.” Suara seseorang dibelakang Jesy.
            Jesy membalikkan badannya, Jesy terkejut melihat ada pria tadi yang sekarang ada dibelakangnya.
            “hei coffie, sedang cari ini.” Ji woon melihatkan tas kecil yang ternyata milik Jesy kepada Jesy pemilik tas itu. Jesy mengambil tasnya di tangan Ji woon tetapi tas tersebut langsung di pindahkan dibelakang tubuh Ji woon.
            “please, kasih ke aku tasnya, itu sangat penting.” Jesy memelas pada Ji woon tapi dia tidak menghiraukannya.
            “enak aja. Untuk saat ini tasnya jadi milikku, kalu mau ambil tasnya kamu harus cari cara sendiri.” Ji woon tertawa dan berjalan meninggalkan Jesy
BERSAMBUNG

Rabu, 18 Februari 2015

cerita cinta



Pelangi di sela-sela hujan

            Matahari menyinari bumi dengan teriknya, diiringi angin yang berhembus kencang dan diikuti bunyi gemercik air disebuah danau. Terdapat sesosok wanita dengan baju biru dan jelana jeans sedang duduk termenung sambil membaca novel. Dia adalah Aira cewek cantik dengan rambut sebahu yang selalu digerai setiap hari. Banyak anak yang suka berteman dengannnya karena Aira anak yang menyenangkan.
            Kuliah sudah berlalu sekitar 30 menit yang lalu tetapi Aira masih betah duduk dipinggir danau dan masih asyik dengan bukunya.
            “Aira....” teriak bagus kepada Aira tapi Aira tak menghiraukan panggilan Bagus yang sedang berlari mendekatinya.
            “Aira, Aira....” bunyinya makin dekat dan makin keras.
            “siapa sih, teriak-teriak nggak liat apa gue lagi baca buku.” Gerutu Aira di dalam hati, dengan malas Aira menutup bukunya dan mencari sumber suara yang dari tadi memanggilnya.
            “Aira, dari tadi gue panggil nggak nyaut-nyaut..., lagi ngapain si lo...?” tanya Bagus dengan napas terengah-engah.
“Ternyata elo Gus, sorry gue tadi lagi asyik baca novel eh ada yang panggil.” Jawab Aira sambil cengengesan.
“Udah deh nggak usah cengar-cengir nggak jelas, tadi lo dicariin sama Andy katanya lo disuruh rapat.”
“rapat lagi, rapat lagi. Emang buat apaan sih?”
“Gue ya nggak tau lah. Gue cuma disuruh supaya lo cepet datang , cepetan yah gue duluan.” Bagus lari meninggalkan Aira.
“Bagus... tunggu...” teriak Aira dengan memasukkan novel kedalam tas dan berlari mengejar Bagus yang sudah lari jauh.
Setelah rapat selesai Aira langsung pulang tetapi baru berapa langkah keluar dari ruangan ada yang memanggilnya.
“Aira” ada seorang yang berlari mendekati Aira dan ternyata yang lari itu adalah Bagus.
“eh elo ternyata Gus, ada apa?” jawab Aira sambil menengok kebelakang.
“enggak, pulang bareng yuk”
“ayo” gandeng Aira pada Bagus. Emang Aira tidak ada perasaan kepada Bagus tetapi  ternyata diam-diam Bagus suka kepada Aira.
                                                        
Aira duduk dilapangan basket sedang menonton pertandingan yang sedang berjalan dari tadi, tetapi Aira juga mencuri pandang kepada seorang laki-laki yang sedang bertanding basket. Dia adalah Andy ketua team Basket dan juga ketua Osis. Andy adalah cowok yang diidam-idamkan Aira, tidak ada satupun pertandingan yang dilewatkan Aira.
“Hei.... ngelamun ya?” Tanya Vira mengagetkan. Vira adalah temen dekat Aira, anaknya cantik seperti Aira tetapi dia agak sedikit tomboy.
“eh, eng enggak kok. Ngapain sih lo ngagetin aja” Jawab Aira dengan nada kesal.
“Lagi liatin apa si serius amat.”
“liatin basket lah masa liatin muka lo, hahaha” canda Aira, Aira emang suka bercanda kalau lagi ngobrol.
“hahaha, Aira gue mau curhat.”
“tumben amat lo curhat ama gue, lagi kesambetya.” Sambil memegang dahi Vira.
“Aira jangan bercanda gue ini serius tau.”
“oke, oke nona Vira.”
“Tadi malem gue ditembak”
“apa? Lo ditembak, tapi kenapa lo masih disini sseharusnya lo kan dirawat.”
“Aira jangan bercanda.” Teriak Vira
“iya, iya. Hah? Ditembak sama siapa ?” tanya Aira penasaran.
“sama itu cowok.” Sambil menunjuk kearah Andy.
“siapa, mana sih gue nggak liat.” Aira Bingung sambil celingak-celinguk liat ke arah yang ditunjuk Vira.
“Itu tuh, masa kamu nggak liat” sambil nunjuk-nunjuk lagi.
“oh si Andy, hah kamu pacaran sama Andy?” tanya Aira kaget.
“iya si Andy, cocok nggak?”
“cocok, cocok” jawab Aira dengan menganggukkan kepala.
Hati Aira terasa panas setelah mendengar perkataan Vira, padahal Aira selama ini memendam rasa kepada Andy tetapi Aira tidak berani bicara kepada siapa-siapa sehingga tidak ada yang tahu tentangnya. Aira berusaha untuk menyembunyikan perasaan cemburunya kepada sahabatnya dan berusaha untuk tidak meneteskan air matanya di depan Vira.
“Vir aku pulang duluan ya, dah....” Aira melambaikan tangan kepada Vira.
Vira membalas lambaian tangannya Aira.
Aira berlari menjauh dari Vira dan menangis karena cinta selama ini yang ia pendam bertepuk sebelah tangan. Aira duduk ditaman yang sepi untuk menenangkan diri. Bersama angin yang berhembus Aira tetap berusaha agar tidak menangis tetapi rasa sakit yang dirasakannya tidak bisa menahan tangisnya.
“Aira lo kenapa kok nangis” tanya Bagus sambil duduk disebelah Aira.
“enggak, enggak kok gue nggak nangis.” Jawabnya sambil mengusap air matanya agar tidak terlihat oleh Bagus.
“nggak usah bohong, gue tadi lihat lo lari sambil nangis. Kenapa ? cerita kalau lo lagi kesusahan, gue pasti bantu kok.” Kata Bagus nyerocos tanpa henti.
Aira tiba-tiba memeluk Bagus. “gue sakit hati, gue lagi patah hati Gus.” Tangis Aira menambah suasana menjadi tambah suram.
“siapa yang ngelakuin ini Ra?”
“gue sebenarnya suka sama Andy.”
Bagus kaget mendengar perkataan Aira, hancur hati Bagus bagai disambar petir di siang bolong yang terik.
“Apa...? sebenarnya lo pacaran sama Andy. Terus Andy ngapain sama lo sampe-sampe lo sakit hati?” Bagus berusaha menenangkan  diri, mencoba untuk tegar.
“enggak, gue nggak pacaran sama Andy”
“lah terus, gimana sih gue jadi bingung.”
“gue nggak pacaran sama Andy tetapi gue suka sama dia.”
“terus? Mendingan lo tenangin diri dulu nanti baru lo ceritain semuanya.” Setelah Aira mulai tenang, Bagus terus bertanya lagi. “Aira sebenarnya ada apa sama lo, sampe-sampe lo nangis kayak gini”

Senin, 16 Februari 2015

cerita cinta

Cinta pertama
cinta pertama adalah sesuatu yang pasti pernah dirasakan oleh semua orang. dalam blog ini aku akan menceritakan cinta pertama yang didalamnya terdapat kandungan bahwa cinta atau seseorang yang kita cinta itu tak semestinya kita miliki. silahkan baca aja ya kawan-kawan :D


MY FIRST LOVE....


Berkulit sawo matang, dan senyumnya yang mempesona ialah Bagus. Pria yang kukagumi sejak pertama masuk ke SMP. Ingin sekali aku berkenalan dan tanpa diduga aku sekelas dengannya. Saat pertama kali masuk dan saat diadakannya MOS (Masa Orientasi Siswa, aku dan temanku Anik duduk sebangku nggak disangka dia juga duduk didepan dan duduk disebelah aku. Aku bertanya pada Anik “Dia si namanya siapa?”. Teman aku pun langsung mencari tahu, tidak dengan berkenalan tetapi dengan melihat papan nama yang disuruh bawa sama kakak-kakak osis. Saat itulah aku tahu namanya.
Waktu terus berjalan dan masa MOS pun sudah berakhir, kelas 7 sudah mulai pelajaran pertama di SMP. Saat itu aku sudah mengenal semua teman sekelas aku, Bagus sering banget minta tolong ke aku tentang pelajaran yang belum dimengerti, sebenarnya si aku biasa saja tetapi kata temen-temen aku cukup pintar *bukannya sombong ya* tetapi yang aku bingung dia selalu minta bantuan ke aku kenapa nggak ke teman lainnya dan saat itulah aku merasa bahwa dia itu juga ada perasaan sama aku *aku sedikit gr, hehehe.* kelas 7 pun berlalu dan sekarang sudah masuk ke kelas 8. Tanpa diduga aku sekelas lagi sama Bagus. Takdir memang, kita sekelas lagi. Dan dikelas 8 ini aku merasakan ada yang beda dari Bagus , dia sudah tidak lagi dekat sama aku. Aku bingung kenapa dia begitu, dan ternyata dia itu suka sama Safira temen sekelas aku juga. Baru pertama kali aku merasakan sakit hati.
Hubungan mereka pun berlanjut sampai ke kelas 9 meskipun mereka tidak sekelas. Dan kenapa juga di kelas 9 aku sekelas lagi sama Bagus. Sering kali aku merasa cemburu kenapa selama ini Bagus tidak merasakan bahwa aku itu suka sama dia. Perhatian juga sudah aku tunjukkan tetapi dia tidak pernah merasakannya sama sekali. Hingga kami lulus dia tidak tahu bahwa aku itu suka.

Itulah cerita cinta pertama aku yang bertepuk sebelah tangan, dengan pengalaman tersebut aku menjadi tahu bahwa cinta itu tak selamanya jadi milik kita.