Selasa, 20 Oktober 2015

Cerita Cinta

FORBIDDEN LOVE


 Angin berhembus, daun-daun berguguran sampai-sampai pohon yang lebat sekarang menjadi botak seakan tinggal tulang belulang yang tersisa. Jalan dipenuhi dengan daun-daun yang berguguran, musim yang indah dengan cuaca yang sangat cerah di bulan Oktober membuat hati dan suasana ikiut cerah.
Hari beranjak sore, jalanan masih ramai dipenuhi dengan orang-rang pejalan kaki dan juga para pedagang kaki lima di pinggiran jalan. Di sela-sela banyaknya para pejalan kaki terdapat seorang wanita yang berambut panjang di gerai, memakai sweater dan celana jeans sedang membawa sebuah koper besar. Wanita itu kelihatan sedang berbicara dengan orang lain melalui telefon yang diarahkan di telinganya.
“iya-iya, ini sudah sampai. Mau ke halte, nanti saya telefon lagi... okay” jawabnya di telefon. Wanita itu bernama Jesy. Jesy duduk di halte menunggu bus datang.
“ah, kenapa bisa seperti ini. Kalian semua nggak bisa apa, bekerja dengan sungguh-sungguh, kalau kayak gini terus bisa kacau.” pria itu meninggalkan para pegawainya setelah memarahinya.
Setelah menunggu beberapa menit akhirnya bus yang ditunggu datang, Jesy langsung naik dan menuju ketempat tujuannya. Bus yang di tumpanginya berhenti, Jesy sudah sampai ditempat tujuannya. “kruyuk....kruyuk” terdengar suara perutnya yang lapar.
“awh lapar, mampir kecafe dulu aja lh.” Jesy memegangi perutnya yang kelaparan yang sejak dari tadi belum diisi apa-apa. Jesy pun Mencari cafe yang terdekat. Kemudian memesan cake dan coffe.
Saat Jesy menunggu pesanannya datang, tiba-tiba ada suara pria yang sedang marah-marah masuk ke cafe. “mocca satu.”
“ini makannanya, 20000 won” kata pelayan.
            “gomatshimidha.” Jawabnya dengan mengasih uang dan membawa makanannya. Jesy membalikkan badannya dan menabrak seseorang. “prang” suara piringnya jatuh dan Coffe pesanannya jatuh ke baju pria tadi yang marah-marah.
            “hei. Apa yang kamu lakukan, baju aku jadi kotor” omel pria itu.
            “aku minta maaf, aku bener minta maaf” jesy mengambil tisu dan mengelap baju pria itu.
            “kamu lagi apa? Hah” menyingkirkan tangan Jesy yang sedang mengelap bajunya.
            “ji woon, udah ayo pergi.” Teman pria itu membawanya sebelum dia mendorong Jesy.
            “awas kamu ya.” Ji woon masih memarahinya meskipun sudah berada di pintu keluar.
            Jesy membersihkan makanannya yang jatuh, dan minta maaf kepada semua yang ada di cafe itu. Kemudian pergi dengan menyalahkan diri sendiri yang sangat ceroboh. Jesy menuju ke taman, istirahat sebentar sebelum menuju ke asramanya. Duduk di taman, menghirup udara sore yang menyegarkan sampai-sampai Jesy tertidur.
            Ji Woon masih marah-marah dan mengatakan akan menghajarkan ketika dia bertemu lagi. Ji woon melepaskan jasnya yang terkena coffe tadi dan berjalan menuju ke taman. Dia duduk disebelah Jesy.
            Mereka bertemu lagi. Jesy menyadari dia tertidur di taman, saat dia mau beranjak berdiri, Jesy mendengar suara yang menurutnya tidak asing lagi. Ji woon pun merasa bahwa perempuan yang di sampingnya serasa tidak asing lagi. Ji woon mendekati muka Jesy, melihatnya lekat-lekat dan akhirnya Ji woon pun mengenali wajah Jesy.
            “kamuu, bukannya kamu yang mengotori jas ku”
            Jesy siap-siap kabur, setelah mengemasi barangnya dia langsung lari dengan cepatnya. “ajusshi, aku minta maaf.” Teriaknya.
            “hei, kamu mau kemana?” ji woon merasa sebal karena wanita itu kabur lagi. “ajusshi ? hei, aku belum setua itu.” Teriaknya, tidak terima dipanggil ajusshi (paman).
            Ji woon beranjak dari tempat duduknya. Saat mau melangkah dia merasa ada yang janggal. Dia membalikkan badannya dan menemukan sebuah tas kecil milik Jesy yang tertinggal.
            Ji woon mengambil tas kecil itu dan membukanya. “oh ternyata kamu Jesy. Tas ini jadi jaminanya.” Ji woon tersenyum bahagia menemukan tas kecil yang isinya terdapat identitas wanita tadi.
            “ah aku bisa gila, gila, gila.” Jesy sampai diasramanya setelah berlari kencang menghindari Ji woon. Jesy langsung tiduran di sofa.
Kringg..kring. bunyi handphone Jesy.
            “halo, iya ini udah sampai. Iya mah, iya iya ini aku cek ya.” Jesy mencari sesuatu didalam kopernya. Jesy kebingungan karena barangnya hilang. Dia mengingat-ingat apa yang dia lakukan tadi. Dan kemudian Jesy ingat bahwa terakhir kali dia berada di Taman. “nanti aku telepon lagi mah. Bye, muach.” Jesy menutup teleponnya dan langsung menuju ke Taman tempat yang terakhir kali dia kunjungi pada hari ini.
            Dia berjalan santai ke Taman. Saat hampir sampai Jesy mengelilingi sekelilingnya untuk mengecek masih adakah cowok yang tadi atau dia sudah pergi.
            “aku harus hati-hati.” Melangkah dengan mengendap-endap.
            Dari belakang ada seseorang yang mencolek pundaknya. Tapi Jesy tidak menghiraukan dan masih saja mengintip di Bawah pohon. Di colek kedua kalinya pun Jesy tidak menyadarinya.
            “apaan sih, aku lagi mengecek masih ada cowok nyebelin apa nggak, jangan ganggu.” Jesy menyingkirkan tangan yang tadi mencolek pundaknya.
            “khem.” Suara seseorang dibelakang Jesy.
            Jesy membalikkan badannya, Jesy terkejut melihat ada pria tadi yang sekarang ada dibelakangnya.
            “hei coffie, sedang cari ini.” Ji woon melihatkan tas kecil yang ternyata milik Jesy kepada Jesy pemilik tas itu. Jesy mengambil tasnya di tangan Ji woon tetapi tas tersebut langsung di pindahkan dibelakang tubuh Ji woon.
            “please, kasih ke aku tasnya, itu sangat penting.” Jesy memelas pada Ji woon tapi dia tidak menghiraukannya.
            “enak aja. Untuk saat ini tasnya jadi milikku, kalu mau ambil tasnya kamu harus cari cara sendiri.” Ji woon tertawa dan berjalan meninggalkan Jesy
BERSAMBUNG

Tidak ada komentar:

Posting Komentar