FORBIDDEN LOVE
Angin
berhembus, daun-daun berguguran sampai-sampai pohon yang lebat sekarang menjadi
botak seakan tinggal tulang belulang yang tersisa. Jalan dipenuhi dengan
daun-daun yang berguguran, musim yang indah dengan cuaca yang sangat cerah di
bulan Oktober membuat hati dan suasana ikiut cerah.
Hari
beranjak sore, jalanan masih ramai dipenuhi dengan orang-rang pejalan kaki dan
juga para pedagang kaki lima di pinggiran jalan. Di sela-sela banyaknya para
pejalan kaki terdapat seorang wanita yang berambut panjang di gerai, memakai
sweater dan celana jeans sedang membawa sebuah koper besar. Wanita itu
kelihatan sedang berbicara dengan orang lain melalui telefon yang diarahkan di
telinganya.
“iya-iya,
ini sudah sampai. Mau ke halte, nanti saya telefon lagi... okay” jawabnya di
telefon. Wanita itu bernama Jesy. Jesy duduk di halte menunggu bus datang.
“ah, kenapa
bisa seperti ini. Kalian semua nggak bisa apa, bekerja dengan sungguh-sungguh,
kalau kayak gini terus bisa kacau.” pria itu meninggalkan para pegawainya
setelah memarahinya.
Setelah
menunggu beberapa menit akhirnya bus yang ditunggu datang, Jesy langsung naik
dan menuju ketempat tujuannya. Bus yang di tumpanginya berhenti, Jesy sudah
sampai ditempat tujuannya. “kruyuk....kruyuk” terdengar suara perutnya yang
lapar.
“awh lapar,
mampir kecafe dulu aja lh.” Jesy memegangi perutnya yang kelaparan yang sejak
dari tadi belum diisi apa-apa. Jesy pun Mencari cafe yang terdekat. Kemudian
memesan cake dan coffe.
Saat Jesy
menunggu pesanannya datang, tiba-tiba ada suara pria yang sedang marah-marah
masuk ke cafe. “mocca satu.”
“ini makannanya,
20000 won” kata pelayan.
“gomatshimidha.” Jawabnya dengan mengasih uang dan
membawa makanannya. Jesy membalikkan badannya dan menabrak seseorang. “prang”
suara piringnya jatuh dan Coffe pesanannya jatuh ke baju pria tadi yang
marah-marah.
“hei. Apa yang kamu lakukan, baju aku jadi kotor” omel
pria itu.
“aku minta maaf, aku bener minta maaf” jesy mengambil
tisu dan mengelap baju pria itu.
“kamu lagi apa? Hah” menyingkirkan tangan Jesy yang
sedang mengelap bajunya.
“ji woon, udah ayo pergi.” Teman pria itu membawanya
sebelum dia mendorong Jesy.
“awas kamu ya.” Ji woon masih memarahinya meskipun sudah
berada di pintu keluar.
Jesy membersihkan makanannya yang jatuh, dan minta maaf
kepada semua yang ada di cafe itu. Kemudian pergi dengan menyalahkan diri
sendiri yang sangat ceroboh. Jesy menuju ke taman, istirahat sebentar sebelum
menuju ke asramanya. Duduk di taman, menghirup udara sore yang menyegarkan
sampai-sampai Jesy tertidur.
Ji Woon masih marah-marah dan mengatakan akan
menghajarkan ketika dia bertemu lagi. Ji woon melepaskan jasnya yang terkena
coffe tadi dan berjalan menuju ke taman. Dia duduk disebelah Jesy.
Mereka bertemu lagi. Jesy menyadari dia tertidur di
taman, saat dia mau beranjak berdiri, Jesy mendengar suara yang menurutnya
tidak asing lagi. Ji woon pun merasa bahwa perempuan yang di sampingnya serasa
tidak asing lagi. Ji woon mendekati muka Jesy, melihatnya lekat-lekat dan akhirnya
Ji woon pun mengenali wajah Jesy.
“kamuu, bukannya kamu yang mengotori jas ku”
Jesy siap-siap kabur, setelah mengemasi barangnya dia
langsung lari dengan cepatnya. “ajusshi, aku minta maaf.” Teriaknya.
“hei, kamu mau kemana?” ji woon merasa sebal karena
wanita itu kabur lagi. “ajusshi ? hei, aku belum setua itu.” Teriaknya, tidak
terima dipanggil ajusshi (paman).
Ji woon beranjak dari tempat duduknya. Saat mau melangkah
dia merasa ada yang janggal. Dia membalikkan badannya dan menemukan sebuah tas
kecil milik Jesy yang tertinggal.
Ji woon mengambil tas kecil itu dan membukanya. “oh
ternyata kamu Jesy. Tas ini jadi jaminanya.” Ji woon tersenyum bahagia
menemukan tas kecil yang isinya terdapat identitas wanita tadi.
“ah aku bisa gila, gila, gila.” Jesy sampai diasramanya
setelah berlari kencang menghindari Ji woon. Jesy langsung tiduran di sofa.
Kringg..kring. bunyi handphone
Jesy.
“halo, iya ini udah sampai. Iya mah, iya iya ini aku cek
ya.” Jesy mencari sesuatu didalam kopernya. Jesy kebingungan karena barangnya
hilang. Dia mengingat-ingat apa yang dia lakukan tadi. Dan kemudian Jesy ingat
bahwa terakhir kali dia berada di Taman. “nanti aku telepon lagi mah. Bye,
muach.” Jesy menutup teleponnya dan langsung menuju ke Taman tempat yang
terakhir kali dia kunjungi pada hari ini.
Dia berjalan santai ke Taman. Saat hampir sampai Jesy
mengelilingi sekelilingnya untuk mengecek masih adakah cowok yang tadi atau dia
sudah pergi.
“aku harus hati-hati.” Melangkah dengan mengendap-endap.
Dari belakang ada seseorang yang mencolek pundaknya. Tapi
Jesy tidak menghiraukan dan masih saja mengintip di Bawah pohon. Di colek kedua
kalinya pun Jesy tidak menyadarinya.
“apaan sih, aku lagi mengecek masih ada cowok nyebelin
apa nggak, jangan ganggu.” Jesy menyingkirkan tangan yang tadi mencolek
pundaknya.
“khem.” Suara seseorang dibelakang Jesy.
Jesy membalikkan badannya, Jesy terkejut melihat ada pria
tadi yang sekarang ada dibelakangnya.
“hei coffie, sedang cari ini.” Ji woon melihatkan tas
kecil yang ternyata milik Jesy kepada Jesy pemilik tas itu. Jesy mengambil
tasnya di tangan Ji woon tetapi tas tersebut langsung di pindahkan dibelakang
tubuh Ji woon.
“please, kasih ke aku tasnya, itu sangat penting.” Jesy
memelas pada Ji woon tapi dia tidak menghiraukannya.
“enak aja. Untuk saat ini tasnya jadi milikku, kalu mau
ambil tasnya kamu harus cari cara sendiri.” Ji woon tertawa dan berjalan
meninggalkan Jesy
BERSAMBUNG
Tidak ada komentar:
Posting Komentar